SILAHKAN TINGGALKAN PESAN DISINI



Jembatan Selat Sunda "Simbol Keperkasaan Bangsa Indonesia"

Diposting oleh paguyubancirex Minggu, 31 Januari 2010

Jakarta - Dahulu kala ketika zaman es konon katanya Pulau Sumatera, Jawa, Madura, dan Bali masih bersatu. Mungkinkah saat ini kita bisa menyatukan ketiga pulau itu kembali.

Founding Father bangsa Indonesia Ir Soekarno adalah orang pertama kali yang mencetuskan ide untuk menghubungkan pulau Sumatera, jawa, dan Bali. Ide tersebut dicetuskan pada tahun 1960-an. Kemudian ide itu ditangkap dengan baik oleh Profesor Sedyatmo dengan gagasan besar yang disebut sebagai Tri – Nusa Bima Sakti yaitu sebuah gagasan untuk menghubungkan pulau Sumatera, Jawa, dan Bali dengan infrastruktur fisik buatan manusia.

Pada awal dicetuskannya Tri - Nusa Bima Sakti, khusus untuk segmen Sumatera – Jawa, ada dua pilihan, yaitu jembatan dan terowongan. Perdebatan antara dua ide ini berlangsung selama bertahun-tahun.

Pada akhirnya, pemerintah lebih memilih jembatan, karena untuk terowongan diperkirakan akan membutuhkan dana yang jauh besar dari jembatan. Di selat sunda terdapat palung yang sangat dalam dan cukup lebar sehingga panjang terowongan pun menjadi dua kali lipat dari panjang jembatan.

Indonesia tidak lagi hanya bisa menjadi negara yang mengandalkan kekayaan warisan (inherited wealth). Cobalah kita tengok di negeri yang kaya sumber daya alam ini rakyatnya bagaikan ayam yang kelaparan di lumbung padi. Ini bagaikan kutukan sumber daya alam. Kita kaya akan sumber daya alam tetapi yang menikmatinya adalah negara-negara maju. Dan, yang lebih penting lagi, rakyat negeri ini merasa tidak percaya diri jika harus berhadapan dengan negara lain.

Indonesia harus mempunyai simbol baru yang menyita perhatian dunia. Membangkitkan percaya diri bangsa ini sekaligus mengubah persepsi dunia tentang Indonesia. Dahulu kita mengenal tentang tujuh keajaiban dunia, yaitu Colloseum, Tembok Besar China, Taman Gantung Babylonia, Candi Borobudur, Menara Eiffel, Grand Canyon, dan Air Terjun Niagara.

Bahkan, sekarang dikenal pula Tujuh Keajaiban Dunia Modern, yaitu Empire State Building (Amerika), Golden Gate Bridge (Amerika), Messina Bridge (Italia), Akashi Kaikyo Bridge (Jepang), dan Al Burj (Dubai). Bangunan–bangunan ini tidak dibuat hanya untuk sekedar pamer atau pun memenuhi kebutuhan ekonomi negara yang bersangkutan. Namun, lebih besar dari itu. Bangunan-bangunan monumental itu menunjukkan bahwa bangsa tersebut telah keluar dari ekonomi yang berdasarkan kekayaan (inherited wealth).

Secara tidak langsung bangunan-bangunan tersebut mengatakan kepada dunia bahwa mereka tidak dibangun apa adanya. Begitu pula dengan Jembatan Selat Sunda. Selain sangat bermanfaat bagi perekonomian Indonesia juga menjadi sebuah simbol keperkasaan bangsa Indonesia.

Jembatan ini akan memiliki panjang sekitar 29-31 km. Akan menjadi jembatan terpanjang kedua di dunia setelah jembatan di Shanghai China dengan panjang 36 km. Jembatan Selat Sunda ini akan memiliki lebar 60 m, dilengkapi dengan jalur kereta api double track dan juga pipa gas serta jaringan kabel yang menghubungkan Sumatera - Jawa. Jembatan ini akan memiliki tinggi sekitar 70 km dari permukaan air laut. Di bawah jembatan ini akan dilalui oleh kapal–kapal induk dan juga kapal-kapal selam yang akan menyaksikan kemegahan jembatan ini.

Jembatan ini akan menhubungkan dua pulau dengan penduduk terpadat di Indonesia. Sekitar 200 juta penduduk. Dan, juga jutaan ton komoditi akan melintasi jembatan ini setiap tahunnya.

Sekarang pembangunan jembatan ini sudah masuk dalam program 100 hari pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Tentunya mega proyek ini akan sangat membutuhkan dana yang besar. Perkiraan harga jembatan ini bermacam-macam. Sampai saat ini ada dua desain Jembatan Selat Sunda, yaitu desain yang diusulkan oleh Prof Wiratman Wangsadinata (1997) dan Dr Ir Jodi Firmansyah (2003). Kebetulan keduanya adalah engineer dari ITB.

Berdasarkan desain Prof Wiratman biaya yang dibutuhkan adalah 60-70 triliun rupiah. Sedangkan berdasarkan desain Dr Ir Jodi biaya yang dibutuhkan sekitar 30 triliun. Saat ini studi kelayakan tentang Jembatan Selat Sunda sedang dilakukan lebih serius lagi. Yang pasti kita harus belajar banyak dari pembangunan jembatan Suramadu.

Bolehlah kita bekerja sama dengan orang asing (harus kita akui bahwa mereka sudah selangkah lebih maju). Tetapi, pemimpin mega proyek ini haruslah anak negeri sendiri. Kita harus mulai percaya pada kemampuan diri sendiri. Tidak selamanya kita harus mengekor kepada orang lain.

Bangsa ini harus bisa menjadikan pembangunan megaproyek Jembatan Selat Sunda sebagai momentum untuk membangkitkan rasa percaya diri dalam mengahadapi dunia global. Sebagaimana dahulu Bangsa Indonesia pernah menghasilkan sebuah karya monumental seperti Candi Borobudur, Prambanan, dan lain-lain. Karya–karya itu merupakan hasil dari jerih payah anak negeri ini sendiri.

Widianto Noviansah
Mahasiswa Teknik Sipil ITB.