SILAHKAN TINGGALKAN PESAN DISINI



Surat Pembaca - KOMPAS

Diposting oleh paguyubancirex Rabu, 09 November 2011


Kereta Eksekutif Rasa Ekonomi
Senin, 7 November 2011 | 11:42 WIB

Saya penumpang kereta api Cirebon Ekspress (Cireks) kelas eksekutif jadwal keberangkatan Minggu 6 November 2011 tujuan Jakarta jam 15.15 dari Stasiun Kejaksan Cirebon. Saat berangkat dari Cirebon keadaan masih baik-baik saja. Namun, saat di Stasiun Kosambi, tiba-tiba kereta berhenti cukup lama disertai pemadaman lampu dan AC di gerbong.

Saya pikir pemadaman hanya sementara. Ternyata insiden ini berlangsung sampai tujuan akhir di Stasiun Gambir. Bisa dibayangkan kami semua penumpang harus merasakan kondisi gerbong yang panas dan gelap padahal kami membayar tiket kelas eksekutif yang seharusnya merasakan kenyamanan.

Dalam kondisi demikian selama perjalanan, tidak satu pun petugas mendatangi gerbong untuk menjelaskan penyebab insiden tersebut, sehingga sampai turun dari kereta pun masih bertanya-tanya apa penyebab insiden malam itu.

Sebelumnya, pada hari Jumat ketika hendak pulang ke Cirebon (saya naik dari Stasiun Jatinegara, jadwal Cireks jam 18.30), terjadi insiden tiket dobel. Untuk tiket Cireks dengan tanggal dan jam keberangkatan yag sama serta nomor gerbong dan kursi yang sama terdapat 2 tiket yang dipegang 2 orang yang berbeda.

Akhirnya beberapa penumpang Cireks malam itu dialihkan ke KA Sembrani, sesampainya di Stasiun Cirebon, penumpang yang akan meneruskan perjalanan ke Tegal, harus pindah lagi dari KA Sembrani ke KA Cireks. Carut marut soal tiket juga terjadi di dalam gerbong sesaat sebelum kereta berangkat. Beberapa petugas sibuk hilir mudik mencarikan bangku kosong untuk penumpang yang belum mendapatkan tempat duduk. Saat kereta berangkat, kursi di depan saya malah kosong.

Padahal di loket terdapat tulisan bahwa tiket habis. Kejadian ini menurut saya sangat aneh karena sistem tiket kan sudah sistem online. Ketika sedang duduk di peron menunggu kereta, saya mengobrol dengan seorang perempuan.

Dia bercerita bahwa dirinya naik KA Argo Jati keberangkatan jam 17.00 dari Stasiun Gambir. Tapi diturunkan oleh petugas di Stasiun Jatinegara. Penyebabnya adalah si mbak tersebut memesan tiket di loket di Gambir untuk keberangkatan tanggal 4 November 2011 jauh sebelum tanggal 4 November 2011.

Namun, karena dia terburu-buru tidak sempat lagi mengecek tanggal yang tercetak di tiket. Si mbak tersebut baru ngeh kalau tanggal yang tercetak di tiket adalah tanggal 2 November 2011 saat hari Jumat itu akibat kesalahan petugas loket di Stasiun Gambir saat mencetak tiket.

Alhasil penumpang lagi yang dirugikan atas kecerobohan petugas. Apakah petugas loket ini tidak pernah mendapatkan pelatihan bagaimana mencetak tiket yang benar sesuai dengan form isian yang diisi oleh calon penumpang?

PT KAI tahun ini berusia 66 tahun dengan mengusung tema “Dengan Semangat Pembaharuan Kita Tingkatkan Pelayanan dan Inovasi". Tapi menurut saya tema tersebut hanya omong kosong belaka, karena pada kenyataannya, ketidakbecusan PT KAI menjalankan sistem, efeknya sangat terasa bagi kami para penumpang. Saya menuntut respon dan tanggung jawab dari pihak-pihak terkait atas insiden ini.

Mungkin sekali-kali Direktur PT. KAI, Menteri BUMN dan Menteri Perhubungan serta jajarannya harus mencoba bagaimana rasanya naik kereta api kelas eksekutif tapi dalam kondisi pengap, panas karena AC padam dan gelap gulita karena lampu padam selama perjalanan.

Cita Utami
Jl. Gn. Rinjani II blok 16
Cirebon

Dibaca 1096 Kali

1 Responses to Surat Pembaca - KOMPAS

  1. Anonim Says:
  2. satu lagi kebiasaan / tradisi "selain kereta telat mlulu), para petugas pt. kai , kalo ada msalah langsung ngumpet. ga brani nongol batang hidungnya .