SILAHKAN TINGGALKAN PESAN DISINI



KEBIJAKSANAAN DALAM KEBIJAKAN

Diposting oleh paguyubancirex Senin, 20 Mei 2013



Jakarta, 26 April 2013

Kepada Yth.
Direktur Utama
PT  Kereta Api Indonesia (KAI)
di Jakarta

Dengan hormat,

KEBIJAKSANAAN DALAM KEBIJAKAN

Menyampaikan hal tersebut diatas memang terasa sebagai penyampaian “istilah kuno” yang lebih mengutamakan kesantuan dalam meraih Goal  melalui strategi yang tepat dan tentunya bagi para Manager yang duduk dikursi Managemen / BOD melihatnya dengan kacamata “anti lelet” sehingga memandang kalimat “Kebijaksanaan” kadang diartikan dengan “Alon-alon asal kelakon”, untuk itu saya menyampaikan ha-hal sebagai berikut :

1.       PT KAI saat ini semi monopoli dan bukan satu-satunya moda angkutan massal.
2.       Penumpangnya sebagian bersar adalah manusia yang mempunyai kapasitas yang sama dengan para BOD di PT KAI, jadi jangan dianggap bodoh dan tak perlu diperlakukan sebagai manusia yang pantas dihormati.
3.       Penumpang loyal selalu diperlakukan seperti resedivis, tidak pernah dikenal, tidak pernah dipercaya dan tidak dihormati sebagaimana manusia sewajarnya.
4.       Penumpang adalah penopang kebutuhan dana investasi yang dianggap tidak faham akan batas-batas kewajaran harga tiket.
5.       Penumpang dianggap selalu membutuhkan jasa angkutan Kereta Api tanpa pertimbangan nilai-nilai ekonomi.
6.       Fasilitas dalam kereta api masih menunjukkan pemaksaan sehingga Air Condition dan Bordes masih tampak tanda renovasi yang tidak profesional
7.       Para SDM tetap maupun outsourcing diciptakan seperti hardware yang hanya menjalankan tugas sehingga tidak bisa memberikan solusi yang tepat kecuali jawaban “saya hanya menjalankan tugas”
8.       Manajeman perjalanan tidak pernah bekerja secara konsisten dengan alasan kepadatan dan hal-hal tehnis yang tidak mampu diatasi secara manual (kebijaksanaan)
9.       Tiketing selalu dibuat terkesan susah, pemesanan, penukaran, rescedule, syarat identitas yang tidak pernah jadi data base (berapa kali identitas akan diperiksa dalam beberapa kali perjalanan walaupun itu berkesinambungan pergi dan pulang) – seperti resedifis – tidak dipercaya dan tidak dikenal.
10.   Kesan pemborosan yang diakibatkan dengan tehnologi yang tanggung-tanggung dapat dilihat dari cetakan applikasi pemesanan, cetakan tiket yang penuh warna, cetak tiket dengan dot matrik, melibatkan banyak sekali sumber daya manusia dalam menangani selembar tiket, tinta cetak dan cap sesuai identitas, kesemua itu dapat diminimalisir dengan lembar kecil cetakan tiket dengan kodefikasi tertentu untuk efisiensi samapai denganat seper seribu (1 permil) dari biaya yang dikeluarkan sekarang.
11.   Sangat terkesan bahwa manajemen membangun semua sistem ini dilandasi dengan kebijakan “ketidak percayaan dengan semua pihak”, artinya menciptakan kondisi psykis masyarakat internal dan eksternal perusahaan yang mengarah kepada arah yang sangat berbahaya dikemudian hari (mati mendadak)
12.   Kebijakan PT KAI sangat riskan dengan potensi hancur tanpa sadar sehingga seperti Telkom, Pos dan Merpati yang mati tanpa diketahui penyebabnya sehingga harus melakukan transformasi yang sangat rumit.
13.   Kesan tiket diperebutkan sangat kentara ketika reservasi di buka sejak H-3bulan, tapi coba beli tiket lebaran pada H-3bulan+1 artinya hari pertama pemesanan atau 89 hari sebelum kereta lebaran berangkat, tiket sudah dibilang habis atau harga tiket sudah menerapkan standar tertinggi (ada apa nih….?), kemudian kita coba beli tiket lebaran pada H-1bulan+15 ke Stasiun Senen melalui calo diluar antrian tiket, dengan harga 2xlipat insya Allah dalam waktu 5 menit kita sudah mendapatkan tiket dengan syarat KTP bahkan tanpa uang muka, mereka calo profesional, kok mahal….? orang dalam mintanya juga mahal…. jawabnya. Kembali muncul (?) ada apa…..?
14.   Didepan para Menteri dan anggota Kabinet kebijakan PT KAI sementara ini mungkin dianggap tepat dan kuat dalam meningkatkan perolehan keuntungan PT KAI yang sedang butuh dana untuk membangun investasi infrastruktur tanpa harus hutang ke Luar Negeri tapi akan lebih baik dibarengi dengan kesadaran dan ke-ikhlas-an para pengguna jasa Kereta Api, sampai kapan dan kapan kami menikmati sarana transportasi yang murah, layak dan nyaman karena ini semua milik rakyat Indonesia. (Bangun Rasa Memiliki untuk sustainability / keberlanjutan hidup PT KAI)

Sebenarnya saya hanya ingin mengungkapkan bahwa sistim yang dibangun memang belum tuntas tapi sebaiknya ada filosofi yang melatarbelakangi semua kebijakan itu sehingga dapat diterima nalar dengan mudah, sedangkan sebelum ada filosofi sebaiknya ada kebijaksanaan (permakluman yang tidak merugikan/win-win solution), bagaimana caranya ? kita coba dengan beberapa alternatif dibawah ini :

a.       Gathering untuk mengajak para penumpang (user) dari yang rutin harian, mingguan, bulanan samapi yang sesekali naik kereta, mereka ditanya apa kesan terhadap kebijakan PT KAI sementari ini. (alternatif ini mungkin dinilai mahal karena perlu ada dana dalam acara dan panitia)
b.      Quesioneer / daftar pertanyaan yang menampung kesan dan pesan dengan pelayanan PT. KAI belakangan ini (lagi-lagi perlu biaya cetak dan kertas dan distribusi yang ribet).
c.       Pengumuman lewat pengeras suara dan media informasi (SMS broadcast, tweeter, BBM dan Internet) apabila mau mengirim pesan dan kesan kebijakan PT. KAI terhadap penyandang dana utama (penumpang yang bayar) harap menulis dan mengirim ke….. dengan biaya sendiri.

Tiga alternatif diatas kiranya dapat dipilih satu diantaranya yang dianggap paling efisien dan efektif, selanjutnya diolah dengan hati yang bijak serta yakin bahwa diluar sana banyak orang-orang yang bisa berpikir lebih baik untuk dipertimbangkan dalam kebijakan para BOD di PT KAI.

Demikian saya sampaikan, semoga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan ke masa depan dalam mencapai GOAL (Visi Misi) PT KAI dengan lebih cepat dan kondusif ( kadang saya masih mendengar bisikan “tidak usah didengerin dan ditanggapi, reaksi itu biasa….. nanti juga bosan sendiri” lirih sih…. tapi…. suatu saat boom….! itu meledak dan membuat kerusakan disemua sektor dalam manajemen PT KAI (siapa yang tanggungjawab…?) atas perhatian dan kerjasama yang baik disampaikan terima kasih.

Hormat saya,
 
Pramono Edi
Penumpang Rutin sejak 2003
Koordinator penumpang tua