SILAHKAN TINGGALKAN PESAN DISINI



Presiden: Bhineka Tunggal Ika Tujuan Tanpa Akhir

Diposting oleh paguyubancirex Senin, 21 Desember 2009


Selasa 22 Desember 2009

Jakarta (ANTARA) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menilai Bhineka Tunggal Ika sebagai suatu cita-cita tanpa akhir yang diwujudkan dengan kerja keras oleh seluruh elemen bangsa, bukan sesuatu yang serta merta diperoleh dengan mudah.

Hal itu dikemukakan oleh Presiden di Istana Negara, Jakarta, Senin, saat berdialog dengan 44 mahasiswa pascasarjana Universitas Stanford, AS, yang sedang melakukan "study trip" ke Indonesia.

"(Tapi) kami berabad-abad lamanya telah hidup dalam keberagaman...kami bisa buktikan jika nilai-nilai itu (Bhineka Tunggal Ika) ada di Indonesia," kata Presiden.

Kepala Negara yang petang itu mengenakan kemeja batik berwarna merah kemudian menjelaskan sejarah panjang masuknya berbagai budaya asing --Arab, China, Budha, Hindu, Islam, Nasrani-- ke Indonesia.

Mengatur harmonisasi kehidupan dalam keberagaman, diakui Presiden tidak mudah tapi Indonesia mampu mewujudkannya.

Apalagi, kata Presiden, dalam beberapa tahun terakhir Indonesia telah lepas dari era otoritarian dan menjadi negara demokrasi yang menghormati sepenuhnya perlindungan HAM (Hak Asasi Manusia) serta kebebasan berpendapat yang berdasar pada keberagaman.

Selain Bhineka Tunggal Ika, dalam dialog yang berlangsung lebih kurang satu jam itu, Presiden juga menjelaskan mengenai demokrasi dan proses reformasi di Indonesia.

Presiden menyebut proses reformasi sebagai suatu agenda yang belum selesai.

"Indonesia saat ini sedang dalam proses reformasi dan transformasi, ...dan tentu saja reformasi selalu memerlukan waktu," ujarnya seraya menambahkan pada krisis 1997, Indonesia tidak hanya dilanda krisis ekonomi tapi juga politik, sosial dan keamanan.

Namun, lanjut Presiden, dalam 10 tahun terakhir Indonesia mengalami banyak kemajuan.

Indonesia bahkan telah menggelar dua kali pemilihan umum presiden secara langsung dan saat ini hampir seluruh kepala daerah dipilih secara langsung.

Terkait agenda ekonomi, Kepala Negara menjelaskan sistem perekonomian Indonesia yang tidak hanya berdasarkan pada pertumbuhan ekonomi tapi juga kemerataan.

"Indonesia mengembangkan sistem yang pro growth, pro job dan pro poor," katanya.

Pada kesempatan itu Presiden juga sempat menjelaskan mengenai kiat Indonesia memberantas terorisme dan mencegah upaya oknum-oknum tertentu menggunakan agama sebagai kedok aksi terorisme.

Kepala Negara juga berharap melalui kunjungan itu para mahasiswa Stamford dapat lebih mengenal dan memahami Indonesia.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menjelaskan bahwa 44 pelajar itu memilih untuk berkunjung ke Indonesia karena menilai Indonesia sebagai sebuah negara berpengaruh yang memiliki banyak tantangan di masa depan.

Selain bertemu dengan sejumlah tokoh nasional di Jakarta, para mahasiswa yang berasal dari 10 negara itu juga berkunjung ke Bali untuk melihat langsung kontribusi pariwisata dalam perekonomian Indonesia.

Turut mendampingi Presiden menerima 44 mahasiswa yang hari itu mengenakan seragam kemeja batik berwarna coklat antara lain Mensesneg Sudi Silalahi, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menhan Purnomo Yusgiantoro, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menteri Negara Lingkungan Hidup dan juru bicara kepresidenan Dino Patti Djalal.


Sumber Berita :