SILAHKAN TINGGALKAN PESAN DISINI



Diposting oleh paguyubancirex Selasa, 02 Februari 2010

CIREBON – Hujan deras yang mengguyur Kota Cirebon sejak pukul 14.00 membuat sejumlah ruas jalan terendam. Bahkan, beberapa perkantoran milik pemerintan ikut tergenang. Antara lain kantor Badan Perpustakaan Daerah dan Arsip Daerah (Bapusipda), Kantor Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi (Dinsosnakertran), dan SMKN 2 Kota Cirebon.

Kepala Dinsosnakertrans Drs HM Korneli MSi mengatakan, banjir yang menimpa kantornya sudah kerap terjadi, terutama pada saat hujan turun cukup deras. “Bahkan semenjak ada pembuatan saluran air di depan kantor, justeru banjir yang terjadi semakin besar dibandingkan sebelumnya,” kata Korneli, Senin (1/2).
Ia berharap, di sekitar kantor Dinsosnakertran dibuat saluran atau sodetan agar air bisa mengalir dengan cepat. Sebab, banjir tersebut diakibatkan air tidak mengalir lancar saat hujan turun.
“Diharapkan dengan dibuatkan sodetan, arus aliran air di depan Dinsosnakertrans bisa terbuang ke sungai yang lebih besar,” ujar dia.
Nasib sial juga dialami kantor Perpustakaan Daerah yang terendam air. Menurut Kabid Perpusatakaan Bapusipda, Ir Agung Sudidjono, meski belum sempat masuk ke dalam ruangan, namun genangan air yang mencapai betis orang dewasa di halaman kantor sempat membuat panik dan cemas.
“Kalau hujan turun 30 menit lebih lama, dapat dipastikan bahwa air akan masuk semua ke dalam bangunan perpustakaan,” jelasnya.
Agung mengatakan, kondisi yang terjadi Senin sore tersebut sempat terjadi 4 tahun lalu. Tingginya air disebabkan adanya limpahahan air di kawasan Bima yang bertemu dengan air yang ada di Terusan Pemuda. Namun karena tidak ada saluran yang berfungsi untuk pembuangan, maka air tidak bisa mengalir dengan lancar.
“Karena kondisi halaman gedung perpustakaan lebih rendah dari jalan, maka air masuk semua. Kami terpaksa harus membobol tembok untuk bisa membuang air ke saluran air,” tegas dia.
Sedangkan untuk koleksi buku-buku yang ada diperpustakaan, telah diamankan dari ancaman banjir. Khusus untuk koleksi buku-buku penting, ditempatkan 25 meter di atas lantai.
Sementara itu, Ketua RW 05 Semeru Asih, Perumnas Harjamukti, H Basirun kembali meminta kepada walikota untuk serius mengatasi daerah rawan banjir. Tidak melulu mengobral janji, setiap kali ganti pemerintahan, dan periode wakil rakyat. Permintaan warga Semeru hanya dua, yakni mengeruk Sungai Cikenis dan membuat jalan alternatif yang tidak banjir.
”Dua hal itu yang sampai sekarang tidak juga direalisasi. Gimana ini pemerintah, sementara kami rakyatnya kebanjiran. Selalu cemas saat musim hujan datang,” tandasnya.
Permintaan senada juga dikemukakan, Sekretaris Kelurahan Larangan, Lombri. Menurutya, kndisi warga yang kebanjiran telah terjadi sejak tahun 1985 dan hingga kini belum ada perhatian serius. ”Kami berharap daerah yang rawan banjir bisa mendapat skala prioritas untuk ditangani,” pintanya didampingi Kasi Pemberdayaan Masyarakat, Buchori, saat berkunjung ke Graha Pena, Kantor Redaksi Radar Cirebon.
Sementara itu, genangan air juga meluas sampai simpang empat menuju Keraton Kasepuhan. Sebagian ruas jalan di alun-alun Kebumen dan Pasar Talang juga terendam. Meski genangan air tidak sampai mengganggu arus lalu lintas, namun warga yang tinggal dikawasan tersebut mengaku khawatir bila curah hujan tinggi.
“Lihat saja pagar depan sudah terendam, kalau hujan tidak berhenti juga air bisa masuk ke dalam,” ujar warga Jl Medeka, Agus Suwanda.
Menurut Agus, setiap kali terjadi hujan lebat lebih dari 30 menit, hampir dipastikan Jl Merdeka akan terendam meski hingga saat ini banjir belum pernah terjadi di kawasan tersebut. “Tapi, kami tetap saja khawatir sebab kalau sudah banjirkan repot,” tuturnya.
Sayangnya, kata dia, belum terlihat adanya tindakan dari aparat terkait untuk melakukan perbaikan saluran air. Agus yakin, banjir yang sering terjadi di kawasan tersebut bukan dikarenakan luapan air sungai, sebab di kawasan tersebut memang tidak ada sungai besar. Banjir lebih disebabkan saluran air yang tersumbat, sehingga air dari jalan raya tidak bisa masuk ke selokan. Akibatnya air menggenang di sepanjang jalan tersebut.
Kekhawatiran serupa juga disampaikan warga Jl Merdeka, Muhamed Iqbal, menurutnya, sudah dua hari belakangan ini ketika hujan deras Jl Merdeka terendam. Bahkan, menurutnya, luapan air akibat selokan mampet, kemarin, adalah yang terparah. Sebab, genangan air meluas sampai ke ruas jalan di sekitar Jl Merdeka. “Biasanya cuma di sepanjang Jl Merdeka saja, itu pun kadang cuma separo badan jalan. Tapi sekarang air sampai meluas begini. Khawatirnya, bila hujan terus berlanjut air masuk ke rumah-rumah penduduk yang rata-rata ketinggian lantainya hampir sama dengan trotoar,” tuturnya.
Saat dikonfirmasi, Kepala Bidang Sumber Daya Air, Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Energi dan Sumber Daya Mineral, Ir Nasrun Mansyur mengatakan, banjir diruas Jl Merdeka disebabkan pompa air yang berada di Ade Irma, Jl Yos Sudarso tidak berfungsi.
Pompa air tersebut adalah penyedot air dari saluran-saluran air di kawasan pasuketan dan sekitarnya. “Jadi kalau pompanya tidak nyala, ya pasti banjir. Padahal saluran-saluran air di daerah tersebut debitnya tidak seberapa penuh,” terangnya.
Ditanya apakah pompa air tersebut mengalami kerusakan, Nasrun mengaku, dirinya tidak tahu menahu. Sebab, pompa air tersebut operatornya adalah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). “Kalau selokannya tidak penuh, ya berarti benar pompa airnya tidak berfungsi. Tapi saya tidak tahu kenapa sampai tidak berfungsi sebab operatornya adalah PDAM,” katanya.
TERKENDALA ANGGARAN
Sementara itu, Kabid Sumber Daya Air (SDA) Dinas PU ESDM Nasrun Mansyur mengatakan, penyebab banjir yang terjadi di kawasan Perumnas Sabtu (30/1) lalu karena valume air hujan tidak mampu ditampung oleh Sungai Cikenis dan anak Sungia Cikenis.
“Akibat curah hujan yang tinggi dan tidak bisa tertampung oleh aliran sungai yang ada, menyebabkan air meluap dan menggenangi rumah warga,” kata Nasrun di ruang kerjanya.
Lebih lanjut Nasrun mengatakan, untuk mengatasi terjadinya banjir yang disebabkan oleh aliran sungai Cikenis dan anak Sungai Cikenis, PU ESDM sedang melakukan kajian apakah akan dikeruk, diperlebar atau diberi tanggul senderan. Namun untuk melakukan rencana tersebut dibutuhkan anggaran yang cukup besar, yakni Rp4 miliar untuk Sungai Cikenis dan Rp900 juta untuk anak Sungai Cikenis.
“Untuk perbaikan Sungai Cikenis yang membutuhkan Rp4 miliar kami belum menganggarkan. Sedangkan untuk anak Sungai Cikenis yang Rp900 juta telah kami ajukan kepada Pemprov Jawa Barat Rp400 juta, dan pemerintah pusat Rp500 juta. Mudah-mudahan pengajuan kami ini bisa disetujui, karena melalui APBD Kota Cirebon tidak dianggarkan,” paparnya.
Sedangkan untuk anggaran yang ada di APBD 2010, bidang SDA PU ESDM mendapatkan anggaran sebesar Rp1,075 miliar. Anggaran tersebut akan digunakan untuk perbaikan dan pemeliharan rutin sejumlah saluran drainase sebesar Rp450 juta. Sedangkan Rp625 juta akan digunakan untuk pembebasan lahan perbaikan sungai di Kalijaga, tepatnya Ciremai Giri.
Dihubungi terpisah, Ketua Komisi B DPRD Kota Cirebon Hendi Nurhidaya mengungkapkan, selama ini Pemkot Cirebon belum bekerja maksimal untuk penanggulangan daerah rawan banjir seperti di kawasan perumnas.
“Belum maksimalnya penanggulangan banjir disebabkan minimnya anggaran yang tersedia. Sebab selain banjir, anggaran yang ada di PU ESDM juga digunakan untuk perbaikan jalan maupun penataan pemukiman penduduk. Kami nanti akan mendorong agar PU ESDM bisa kembali mengajukan anggaran penanggulangan banjir melalui anggaran belanja tambahan (ABT),” ungkap dia.
Kader PAN ini menyatakan, selain minimnya anggaran, PU ESDM belum memiliki grand desain bagaimana menanggulangi banjir. Nantinya dengan memiliki grand desain tersebut, penanggulangan banjir bisa dilakukan secera terintegrasi dari hulu hingga hilir.
“Selama ini yang dilakukan hanya sebatas melakukan pemeliharaan saluran air yang ada. Belum sampai kepada perbaikan dan normalisasi sungai-sungai,” tegas Hendi
Link