Banyak yang mengenal Herman Sarens Soediro saat ia memutuskan menjadi promotor tinju. Saat itu, Herman menggantikan Boy Bolang yang mengalami kesulitan finansial menjelang pertandingan akbar Saoul Mamby vs Thomas Americo memperebutkan gelar juara dunia kelas welter ringan versi WBC, 1981.
Namun, nama Herman di kancah nasional muncul jauh sebelumnya saat masih aktif di militer. Berawal dari masa pergolakan kemerdekaan di wilayah Ciamis, Jawa Barat, Herman menjadi komandan kompi Tentara Pelajar Siliwangi (TPS) Banjar, Ciamis, 1945-1947. Kala itu Herman diperintahkan berangkat ke Yogyakarta menghadap Jenderal Soedirman melaporkan situasi menyusul serangan Belanda. Perintah itu juga sekaligus untuk mengambil perbekalan untuk pasukan yang bergerilya di Ciamis selatan.
Pascakemerdekaan, Herman meneruskan karier di militer. Ia ikut andil dalam berbagai operasi seperti Dwikora di Kalimantan, penumpasan PKI di Jakarta, dan pemberontakan DI/TII di Jabar. Pada 1959, Herman menjabat Wakil Komandan Batalyon Divisi Siliwangi, Bandung. Di tahun yang sama, ia diangkat menjadi Komandan Batalyon Divisi Siliwangi.
Herman meninggalkan karier militer dengan pangkat brigadir jenderal. Kemudian tokoh yang fasih berbahasa Inggris dan Belanda ini juga sempat ditugaskan sebagai Duta Besar RI di Madagaskar.
Setelah pensiun, salah satu kesibukan Herman adalah mengurus kuda. Tak hanya gemar menunggang kuda, Herman juga berbisnis di bidang ini. Kuda-kuda silangan dari peternakannya dijual ke Singapura dengan harga per ekor setidaknya Rp 2 juta. Bisnis Herman lainnya adalah perhotelan. Resor Pulorida di Merak, Banten, dan Pondok Dewata, Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jabar, adalah dua di antara milik Herman. Ia juga menekuni olahraga menembak dan menjadi Ketua I Bidang Target Perbakin Jaya.
Sumber Berita
0 komentar