
Ribuan masyarakat kecewa dan menilai PT Kereta Api Indonesia (KAI) 
arogan alias kejam, bertindak semaunya sendiri tanpa memikirkan 
kesusahan orang lain.
 
Keluhan penumpang tersebut terkait dihanguskannya 5 ribu tiket kereta
 yang sudah dibeli penumpang karena tidak sesuai dengan identitas 
penumpang.
“Saya melihat pimpinan PT Kereta Api memanfaatkan momen Lebaran untuk
 menindas penumpang. Mereka tau kondisi sekarang ini orang kejepit 
kesulitan mencari angkutan mudik, dan kesempatan itulah dimanfaatkan PT 
Kereta Api supaya kami membeli tiket lagi,” papar Fredy Kartanto, 
penumpang asal Tegal, Jawa Tengah.
Menurutnya, dia membeli tiket jauh hari sebelum Lebaran dan meminta 
tolong adiknya pergi ke loket Stasiun Gambir pada bulan Mei 2012. Saat 
itu adiknya disuruh mengisi nama dan KTP tapi petugas tidak menjelaskan 
lebih rinci kalau harus KTP yang akan berangkat.
“Waktu itu adik saya mengira KTP adik saya yang ditanya, mangkanya 
yang tertera nama dan nomor KTP di tiket adalah adik saya,” cerita Fredy
 menyesalkan sikap manajemen Kereta Api.
“Saat mau masuk stasiun saya dilarang naik ke atas kereta karena di 
tiket tidak sesuai denan identitas, meskipun saya jelaskan itu nama adik
 saya, petugas tidak mau tau,”tambahnya.
Dengan nada kesal, Fredy menceritakan akhirnya dia diharuskan membeli
 tiket baru lagi dan menambah 25 persen dari harga tiket yang berlaku 
saat itu. “Ini jelas pemerasan. Pemerintah cuma gembar-gembor membantu 
masyarakat mudik, tapi disatu sisi membiarkan BUMN Kereta Api memeras 
penumpang.”
Beberapa penumpang lainnya menuturkan, kalau nama yang tertera di 
tiket adalah nama panggilan sehari-hari atau nama pendek panggilan 
mereka tetap saja tiketnya dianggap tidak berlaku dan disuruh membeli 
tiket baru. “Harusnya ada petugas khusus di loket yang 
mensosialisasikan. Sebab waktu saya antri tiket bulan Juli lalu tidak 
ada yang memberitahu,” kata Achwan, warga Kelapa Gading.
Dirut PT KAI Ignasius Jonan membenarkan pihaknya sudah menerapkan 
system boarding pass dalam pembelian tiket kereta api dan mengakui ada 5
 ribu tiket kereta api hangus karena nama yang tertera dalam tiket tidak
 sesuai dengan kartu identitas yang dimiliki.
“Limaribu tiket yang hangus tergolong kecil tidak sampai 0,5 persen 
dari total tiket yang terjual sebanyak 1,308 juta tiket selama Idul 
fitri,” kata Jonan.
Menurut Jonan, penyebab utama tiket yang hangus selain tiket tidak 
sesui identitas juga calon penumpang menuliskan nama panggilan atau nama
 julukan.
Namun lanjut Jonan, pihaknya masih memberikan toleransi hingga akhir 
Agustus 2012, tiket yang tidak sesuai harus membeli tiket baru dengan 
nomor kursi yang sama dan hanya membayar tambahan 25 persen dari harga 
tiket yang berlaku saat itu.
“Tapi mulai 1 September 2012 tidak ada toleransi lagi. Kalau tidak 
sesuai nama, kami anggap hangus dan tidak bisa dibeli ulang,” katanya.
Jonan mengatakan tidak ada larangan membelikan tiket untuk orang 
lain. Asalkan nama yang tertera adalah nama penumpang yang akan 
berangkat sebab akan ada pemeriksaan di peron dan di atas kereta. (dwi
)